Seringkali kita mendengar kalimat, ‘Dasar tak tahu malu’, atau ‘Sudah
putus urat malunya’ yang ditujukan pada orang-orang yang dinilai tak
punya rasa malu. Hati-hati jika sudah mulai hilang rasa ‘malunya’ karena
itu artinya ada bagian di otak yang sudah mengalami kerusakan.
Ilmuwan dari University of California, San Francisco dan University
of California, Berkeley berhasil mengungkapkan bagian mana dari otak
yang sangat bertanggungjawab terhadap muncul tidaknya rasa malu.
Menurut penelitinya Virginia Sturm, timnya telah mengidentifikasi
adanya bagian otak di sebelah kanan depan yang disebut ‘pregenual
anterior cingulate cortex’ sebagai penyebab kunci rasa malu manusia.
“Ini adalah wilayah otak yang bisa memprediksi perilaku seseorang.
Semakin kecil bagian otak ini maka semakin sedikit orang punya rasa
malu,” kata Virginia seperti dilansir dari Sciencedaily.
Pusat malu di bagian ‘pregenual anterior cingulate cortex’ ini
posisinya berada jauh di dalam otak yakni sebelah kanan depan. Fungsi
lain dari bagian otak ini antara lain mengatur detak jantung dan
pernapasan, emosi, perilaku kecanduan dan pengambilan keputusan.
Maka itu pada orang yang otaknya sehat, ketika merasa malu bagian
otak ini akan berfungsi maksimal. Rasa malunya akan membuat tekanan
darah menjadi naik, detak jantung meningkat atau terjadi perubahan
napas.
Tapi pada orang yang memiliki rasa malu yang rendah seperti pada
penderita Alzheimer atau demensia (pikun), otak di bagian ini ukurannya
lebih kecil dari biasanya.
Mereka umumnya menjadi lebih acuh terhadap hal-hal yang menurut orang
memalukan karena bagian otak ‘pregenual anterior cingulate cortex’
seperti ‘dibutakan’ terhadap rasa malu.
“Bila Anda kehilangan kemampuan otak di daerah ini, Anda akan
kehilangan respons rasa malu,” kata Virginia seperti dikutip
LiveScience.
Para ilmuwan meyakini bahwa semakin besar wilayah otak tertentu maka semakin kuat kerja otak yang terkait dengan fungsinya itu.
Contohnya, orang dengan kepribadian terbuka (ekstrovert) memiliki
pusat pengolahan otak yang lebih besar, sedangkan orang yang gampang
cemas punya pusat deteksi kesalahan yang lebih besar.
Dalam melakukan penelitian tersebut, peneliti meminta 79 partisipan
untuk menyanyi karaoke lagu ‘My Girl’, lagu hit tahun 1964 yang
dinyayikan Temptations. Partisipan itu ada yang sehat dan ada yang
menderita penyakit saraf degeneratif.
Suara partisipan direkam dan diputar ulang tanpa ada ada suara musik
yang menyertainya. Partisipan yang malu dengan suaranya langsung
terlihat dari ekspresi wajahnya, kemudian berkeringat dan detak jantung
meningkat.
Sebaliknya penderita yang mengalami gangguan saraf terlihat acuh dan
kurang punya rasa malu meskipun ketika didengarkan suara mereka sangat
memalukan.
Hasil temuan ini telah disampaikan Virginia dalam pertemuan tahunan American Academy of Neurology ke-64 di Hawaii.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar