Rabu, 11 September 2013

DUA KALI TOLAK TRANSPLANTASI MESKI DERITA KELAINAN JANTUNG DAN PARU


Jakarta, Setiap pagi, suami istri ini diam-diam pergi ke kamar putranya dan memastikan bahwa anak lelakinya yang bernama Liam masih hidup. Memang terdengar aneh apa yang dilakukan Sharon dan Neil Gawthorpe ini, tapi mereka punya alasan mengapa harus melakukan hal itu.

Liam yang berusia 18 tahun menderita cacat jantung bawaan dan hipertensi paru. Tapi, ia sudah dua kali menolak transplantasi paru dan jantung. Sekarang, dokter mengatakan bahwa ia hanya memiliki kesempatan beberapa bulan untuk tetap bertahan hidup.

Keputusan yang diambil Liam sempat membuat orang tua dan saudaranya khawatir. Oleh karena itu setiap pagi keluarga Liam selalu memastikan bahwa ia masih bernapas, misalnya melalui dengusan atau dengkuran Liam.

"Tiap hari salah satu dari kami bangun dan mengecek dia di kamarnya. Aku, ibu, dan dua saudaranya bahkan anjing labrador kami memastikan bahwa ia masih hidup. Setiap hari adalah bonus karena kami tidak tahu sampai kapan Liam bisa bertahan. Tapi aku sangat bangga dengan dia dan keputusannya," tutur Neil.

Liam pertama kali menolak tawaran transplantasi saat berusia 11 tahun dan beberapa tahun kemudian ia kembali menolak tawaran kedua. Ia mengatakan bahwa sudah melihat banyak temannya melakukan operasi ini tapi nyatanya mereka meninggal dunia di saat Liam masih bisa bertahan hidup.

"Meski tubuhku rusak tapi tetap bisa bekerja. Mengapa aku harus mengacaukannya maka dari itu aku mencoba menerima keadaan dan mencoba menjalani hidup sepenuhnya. Tidak peduli apa masalah kesehatan yang Anda miliki, Anda harus tetap memanfaatkan apa yang Anda miliki sekarang," kata Liam.

Orang tua Liam pertama kali mendeteksi anakanya memiliki kelainan ketika bobot Liam turun 3 kg saat berusia tiga bulan. Lalu, dokter di Leeds General Infirmary mengatakan Liam hanya memiliki tiga ruang di jantungnya, bukan empat. Saat berusia sembilan bulan, kondisi Liam tak kunjung membaik hingga ia dirujuk ke London’s Great Ormond Street Hospital dan dirawat selama empat setengah minggu.


Saat berusia 11 tahun, keluarga diberi tahu bahwa Liam membutuhkan transplantasi jantung dan paru tapi Liam menolaknya. "Itu keputusan yang sangat berani dan aku bangga. Dia tahu apa yang dia inginkan dan kami harus membiarkan Tuhan melakukan sesuatu dengan cara-Nya sendiri," kata Neil.

Liam sempat menggunakan kursi roda ke sekolah dan enam hari sebelum ulang tahunnya yang ke-16 ia dibawa ke rumah sakit karena migrain dan muntah. Ternyata dokter menemukan otak Liam bernanah dan banyak cairan di dalamnya. Butuh operasi enam setengah jam untuk mengeluarkan nanah serta cairan itu. Akibatnya, Liam sempat kehilangan memori jangka pendek.

Dua tahun terakhir, dokter menemukan bahwa katup jantungnya bocor. Setelah berusia 18 tahun dokter kembali menyuruhnya melakukan transplantasi tapi Liam kembali menolaknya. "Aku merasa lebih kuat dibanding saat umur 11. Aku kehilangan banyak temanku lima tahun setelah mereka melakukan operasi ini," kata Liam seperti ditulis Mirror, Rabu (28/8/2013).

Seorang petugas kesehatan, Sharon (41) mengatakan ia juga melihat banyak anak yang melakukan transplantasi itu tapi kemudian mereka meninggal. "Jauh di lubuk hati saya, saya kira dia membuat keputusan yang tepat karena saya juga melihat apa yang ia lihat. Saya mendukungnya," kata Sharon.

Diakui sang ayah, Liam masih bisa bertahan sampai sekarang dan ia sangat bersemangat bahkan dalam mengembangkan usaha toko binatang peliharaan milik ayahnya. Kini, Liam sudah membuka toko di Pasar Heckmondwike dekat Leeds. Ia memutuskan untuk bekerja membantu ayahnya selulus sekolah setelah mengalami gangguan ingatan.